Kekayaan informasi menjadi aset berharga dan akan memenangkan pertarungan. Kenapa hanya diam?” (achmad subechi)
PERUBAHAN berjalan amat sangat cepat. Jarum jam terus bergerak seiring dengan pergulatan manusia dalam menghidupi dirinya. Persaingan antar perusahaan tidak hanya terjadi di level tataran kelas (pemain) bawah dan menengah. Pemain atas semakin gila –super cepat– dalam membuat dan menciptakan inovasi. Pengambilan keputusan pun juga tidak bertele-tele. Model baru dari desain organisasi bakal menggantikan skema birokratis dan hierarkhis yang sudah dianggap kuno
ORGANISASI bisnis –bergerak di bidang informasi– dan masih menggunakan gaya lama yang selama ini tidak mampu mengelola pengetahuan (informasi) dengan baik karena cara-cara yang dipakai konvensional, bakal tertelan bumi alias tidak laku lagi. Sebesar apapun perusahaan yang mereka kelola, niscaya bakal lewat (ketinggalan kereta) karena kurangnya kesiapan dalam mengantisipasi datangnya era informasi dan era digital.
Banyak perusahaan cukup ternama dan mampu bertahan puluhan tahun, akhirnya tumbang di tengah jalan karena memang tidak mampu menjawab tantangan yang setiap hari terus berubah. Selain sistem manajeman yang mereka buat terlalu bertele-tele, ternyata perusahaan tersebut tidak disiapkan jauh-jauh hari dalam menjawab tantangan di era informasi. Mereka cenderung memfokuskan diri pada produk semata dan sibuk menyusun strategi yang monoton –mengandalkan kemampuan SDM secara fisik (otot), bukan intelektual serta siasat yang dibangun berbau klasik.
Gaya manajemen semacam itu kini sudah tidak laku lagi. Bahkan kedepan, kekuatan mesin –alat produksi— secara bertahap akan digantikan oleh kekuatan daya pikir manusia. Maknanya, ilmu pengetahuan akan menjadi hal yang sangat penting dalam revolusi ekonomi, karena peranannya akan mendominasi perekonomian dunia. Konkritnya ilmu pengetahuan bakal menjadi sumber daya ekonomi paling unggul dibandingkan bahan mentah.
Kadang kita agak terlambat dan sangat terlambat dalam menangkap dan memprediksikan peluang-peluang bisnis yang berbasis ilmu pengetahuan dengan menggunakan kekuatan intelektual sebagai modalnya.
Saya secara pribadi salut dengan manusia-manusia yang cerdas –selalu berinovasi– dan sudah lari sekian puluh ribu kilometer, dibanding diri kita sendiri yang masih berdiam di sini tanpa berbuat sesuatu. Bayangkan, ketika era digital sudah semakin menggeliat di negeri ini –fenomena handphone—kita cenderung hanya sebagai penonton atau penikmati dari muncul sebuah tekhnologi yang inovasinya nyaris tak pernah berhenti.
Indonesia sendiri menjadi lahan subur bagi perusahaan-perusahaan besar yang bergerak di dunia tekhnologi komunikasi. Pasar yang jelas dan pola atau gaya hidup konsumen yang cenderung mudah berubah –mengikuti trend kekinian– membuat perusahaan tekhnologi (raksasa) di dunia tekhnologi melempar produknya ke Indonesia.
Di tengah perang inovasi itu, ternyata ada juga kelompok manusia yang pandai membaca peluang bisnis. Misalnya, fenomena SMS yang sudah cukup lama merebak di negeri ini. Dengan menjual konten (informasi), mereka setiap hari meraup uang berpuluh-puluh miliar. Saya mendapat kabar dari seorang teman, bahwa pendapatan dari SMS kuis berhadiah yang dipasang di media elektronik cukup menggiurkan. Dalam satu kali tayang (satu jam) ternyata jumlah pengirimnya mencapai 60.000 orang. Jika kita kalikan, 60.000 X Rp 2000, maka uang yang nasuk mencapai Rp 120 juta. Itu baru satu stasiun televisi. Kalau pihak penyelenggara memasang di 10 televisi, berarti perjamnya mereka mampu meraup uang Rp 1,2 miliar per hari. Saya tidak bisa membayangkan kalau dalam sehari mereka mampu membooking lima jam. Pasti penghasilan atau revenue yang diterimanya berlipat-lipat.
Belum lagi SMS yang menyangkut (konten) berita, informasi terkini, ramalan bintang, doa, lagu, solusi, pengobatan dan lain-lain. Mereka rupanya lebih jago daripada kita yang selama ini selalu terjebak pada rutinitas. Kunci keberhasilan mereka adalah bagaimana mempromokan program acaranya sehingga informasi itu bisa diketahui publik lalu masyarakat ikut terlibat di dalamnya. Sebuah cara yang cerdas… Kerja sedikit, uang yang masuk berlimpah. Kuncinya dimana? Ya… terletak pada kekuatan olah pikir manusia yang terus melakukan inovasi dengan memanfaatka kemajuan tekhnologi.
Jadi dengan berbasiskan ilmu pengetahuan dan informasi, maka ujung-ujungnya akan menjadi sebuah kekuatan yang terus mengalir ke bawah menuju pelanggan (market), kemudian menghasilan kapital yang berlipat. Apalagi, selama ini pengetahuan dan informasi, sangat dominan dalam mempengaruhi konsumen. Diprediksikan, pengetahuan akan menjadi faktor produksi tunggal. Itu artinya, kita harus siap bekerja dengan kepala (intelektual) dan bukan lagi dengan otot atau bokong (duduk di kursi).
***
ASET intelektual, selama ini memang tidak pernah diidentifikasi oleh para akuntan, kecuali aset-aset perusahaan (mobil, mesin, gedung dan lain-lain). Padahal sudah dapat dipastikan, kemampuan intelektual sumber daya manusia (SDM) sangat menentukan maju dan mundurnya sebuah perusahaan.
Kalau dulu perusahaan tidak mengelola daya pikir SDM dan organisasi di perusahaan berjalan lambat (bertele-tele karena terbentur masalah birokrasi), kini cara-cara seperti itu tidak bisa lagi dipakai atau diterapkan. Kalau dulu pemimpin bisnis lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membangun sistem manajemen, sekarang mereka lebih baik mencari cara untuk menghapuskan sistem tersebut. Dan model baru dari desain organisasi dipastikan menggantikan skema birokratis dan hierarkhis yang dianggap kuno.
Selain itu, ekonomi berbasis pengetahuan akan mempengaruhi karier dan strategi baru bagi perusahaan yang berbasis informasi untuk mencapai kunci kesuksesan. Dan kemampuan intelektual pimpinan serta karyawan merupakan aset paling berharga di era informasi sekarang ini. Dengan modal intelektual, maka perusahaan akan mendapatkan laba cukup dramatis.
Akibat masuknya era informasi dan digital, maka mereka-mereka yang selama ini merasa nyaman menduduki kursi-kursi tertentu, jangan harap bisa bertahan lama. Kemapanan akan lenyap seiring dengan berjalannya waku yang kian cepat. Begitu juga perusahaan-perusahaan besar yang selama ini belum siap, bahkan tidak pernah secuil pun memikirkan datangnya sebuah perubahan (era informasi), dapat dipastikan akan kehilangan pengaruhnya.
Celakanya lagi, di banyak perusahaan di negeri ini, masih ada pimpinan dan karyawan yang hanya menjadi penonton atas datangnya sebuah pembaharuan dan perubahan di dunia tekhnologi. Bukannya mereka tidak tahu, tetapi rata-rata di antaranya mereka memang kurang melek tekhnologi. Sementara ada juga karyawan yang sudah mengantisipasi datangnya perubahan –era informasi—tapi mereka tidak berani menyampaikan informasi itu kepada pimpinan untuk disikapi. Mereka cenderung diam dan tak mau berbuat apa-apa karena keburu skeptis.
Akibatnya, ketika kompetitor sudah berlari teramat kencang, maka semangat atau spirit untuk bersaing justru tenggelam karena mereka tidak menguasai ilmu pengetahuan dan tak memiliki SDM yang handal –melek tekhnologi.
Kabar terakhir dari kawan saya, pemerintah Malaysia saja sampai saat ini masih membutuhkan puluhan ribu tenaga karyawan di bidang tekhnlogi informasi (TI). Begitu juga Singapura dan beberapa negara yang sedang berkembang lainnya. Mereka rupanya sudah dan tengah menyiapkan antisipasi dalam menghadapi era informasi.
Entah sudah berapa banyak tenaga TI asal Indonesia yang lari ke sejumlah negara tersebut untuk menjawab tantangan. Pertanyaannya, apa yang harus kita lakukan? Perubahan macam apakah yang harus kita perbuat? Lalu bagaimana perubahan itu bisa membawa sukses menuju pintu kemenangan di era informasi? Dan bagaimana caranya mengelola pengetahuan dan memanfaatkan modal intelektual yang bisa menghasilkan keuntungan besar? Jawabnya ada pada diri kita masing-masing…. (achmad subechi)
0 Tanggapan to “PERUBAHAN”