19
Okt
07

Spirit Iblis

yusran.gif 

MUNGKIN ada yang masih ingat, saat kanak-anak kita sering diintgatkan bahwa setan dan iblis senantiasa dibelenggu pada bulan puasa. Sangat boleh jadi, dalam banyangan nalar kecil kita, yang berseliweran di senatero bumi pada bulan puasa itu, semata para malaikat penebar berkah, pembawa kebaikan, dan pemelihara kedamaian.

Tentu saja bayangan itu kini telah terganti oleh semacam pemahaman bahwa pada Bulan Ramadan manusialah yang dikondisikan untuk membelenggu dan mengendalikan diri dari bisikan dan bujuk-rayu para iblis, konco serta kroninya. Toh, para iblis –bahkan mungkin sekadar antek-anteknya– selalu saja berhasil menggoda manusia.

Lihat saja, selama dua pekan memasuki Ramadan ini kita menyaksikan, membaca, menyimak, dan mendengar, ada saja orang yang terbius bisikan iblis. Di Cibatu, Garut, misalnya. Sangat boleh jadi atas pengaruh iblislah, seorang pemuda tega menghabisi tiga anak beranak. Di Bandung, seorang lelaki menghabisi lelaki lain yang pernah jadi suami istrinya, lalu ia bunuh diri.

Di Ternate, Maluku Utara, polisi dan tentara bentrok. Korban pun jatuh dari kedua belah pihak, Ada yang meninggal, banyak pula yang cedera. Ini bukan yang pertama. Bentrokan demi bentrokan yang terjadi antara prajurit TNI dan Polri ini, sebenarnya makin memperkuat persepsi publik bahwa hingga kini pemahaman sekaligus kultur demokrasi belum tumbuh di kedua institusi tersebut.

Dalam kerangka demokrasi, segala sesuatu diselesaikan secara hukum. Kalau aparat TNI merasa dirugikan secara hukum oleh aparat Polri, sebaiknya TNI menempuh prosedur yang berlaku. Begitu pula sebaliknya. Kalau mereka masih menggunakan cara kekerasan, berarti keduanya belum siap berdemokrasi. Jika kondisi ini tidak segera diperbaiki, maka bukan tidak mungkin bentrokan antara aparat TNI-Polri masih akan berulang dan berulang lagi.

Di Jakarta, menjelang buka puasa, mahasiswa –yang mestinya mengedepankan nalar ketimbang otot– terlibat dalam bentrokan sangat kasar yang berlanjut hingga lepas buka puasa. Di pihak lain, seorang petinggi Komisis Yudisial diberitakan tertangkap tangan menerima sogokan, padahal selama tiga dekade ia dikenal sebagai tokoh bersih.

Percikan-percikan peristiwa ini mungkin bisa dianggap menggambarkan, betapa kekerasan dan permusuhan –yang dianggap sebagai bagian dari karakter iblis– masih selalu menampilkan wajah aslinya. Betapa spirit iblis masih saja mengoyak ketenteraman dan ketenangan rohaniah warga kita yang sedang berusaha terus membangun kehidupan yang lebih baik dan meningkatkan derajat kemanusiaan.

Para ulama bilang, sebagai makhluk yang paling sempurna dari sekian banyak makhluk, manusia punya dua tempat yang saling bertolak belakang. Ia akan menduduki peringkat tertinggi yang bisa mengungguli kedudukan para malaikat, bila mampu menampatkan dirinya pada derajat ketinggiannya itu. Namun ia akan terpuruk ke tempat paling hina bila melalaikan fitrahnya sebagai makhluk yang paling tinggi derajatnya.

Dengan kemampuannya berbuat dan kemampuan berolah pikir, manusia tentu bisa mengatasi serbuan iblis dalam berbagi dimensinya, sehingga bisa menciptakan kedamaian dalam hidup ini.
Itu yang semestinya. Sedangkan yang terjadi dalam kenyatan, acapkali justru bertolak belakang dengan apa yang semestinya itu.

Di berbagai tempat dalam berbagai situasi, selalu saja ada orang yang menggunakan kemampuan berbuat dan kemampuan berolahpikirnya justru untuk membenarkan dan menghalalkan tindakannya yang jelas-jelas bertolak belakang dengan kemestian normatif yang berlaku di lingkungannya.

Kita tentu sepakat bahwa kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan persoalan. Semangat silaturahmi yang dilandasi cinta kasih antarsesamalah yang mestinya jadi perekat utama pergaulan sosial masyarakat kita, kapan dan di mana dan dalam situasi apa pun. Terlebih pada bulan Ramadan, saat-saat yang diyakini berlimpah rahmat kemuliaan. Karena, untuk kemuliaan itulah kita hidup. Gloria Dei homo vivens. (yusran pare)


0 Tanggapan to “Spirit Iblis”



  1. Tinggalkan sebuah Komentar

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s


%d blogger menyukai ini: