Arsip untuk April 14th, 2008

14
Apr
08

Politik Peci “Hade”

Minggu 13 April 2008 untuk pertama kalinya warga Jawa Barat memilih langsung gubernurnya. Perhitungan cepat menunjukkan pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf mengungguli dua pasang pesaingnya. Sehari kemudian, Senin, Heryawan bersama timnya tiba-tiba singgah ke kator kami, Tribun Jabar, di Jalan Malabar Bandung.

“Kami ingin ada perubahan di berbagai hal, khususnya konsep Jawa Barat 25 tahun ke depan,” ujar Ahmad Heryawan.

Hari itu, Kamis 24 Januari 2008. Heryawan datang ke Tribun Jabar sebagai calon gubernur Jawa Barat (yang berpasangan dengan Dede Yusuf, aktor yang kini jadi anggota DPR RI dari Partai Amanat Nasional – PAN)

Ahmad Heryawan mengaku sudah siap berkompetisi dengan para kandidat lain yang lebih senior usianya. Kurang dari tiga bulan kemudian, ia datang lagi persis sehari setelah pemilihan gubernur, dan hasil penghitungan cepat (sementara) menempatkannya sebagai calon yang paling banyak dipilih.

Senin, 14 April 2008 Heryawan dan istri bersama jajaran pengurus PKS datang lagi ke Tribun Jabar dengan suka cita. Demikian pula beberapa orang anggota rim suksesnya. Ia datang untuk memenuhi agendanya bersilaturahmi kepada jajaran media massa di Bandung sambil mengucapkan terima kasih atas pemberitaan selama Pilgub-wagub Jabar 2008.

Ahmad Heryawan mendatangi Tribun sekitar pukul 13.30, diterima Pemimpin Redaksi Yusran Pare, dan jajaran kerabat kerja Tribun. Ahmad pun terlibat perbincangan hangat terkait kesan-kesannya selama menjalani proses pemilihan ini.

“Saat kampanye, saya terus dihantui kebingungan. Karena saat saya turun ke masyarakat di beberapa lokasi pasar, sambutannya sangat baik. Tapi hasil semua survei dari lembaga survei menempatkan saya pada posisi terakhir. Saya dan Dede mendapat posisi nomor satu hanya berdasarkan hasil survei internal partai PAN dan PKS. Jadi saya terus bertanya-tanya, yang benar yang mana. Kebingungan itu baru terjawab setelah hari pencoblosan pada siang harinya,” tutur Heryawan.

Heryawan juga mengakui dari gambar ketiga pasangan dalam surat suara hanya pasangan nomor tiga yang tidak memakai peci. Soal tidak pakai peci, diakui Heryawan banyak mendapat protes dari kalangan ulama. Bahkan ia pernah disindir, masa calon gubernur tidak bisa beli peci.

Namun Ahmad saat itu tetap yakin akan membawa pengaruh dalam menarik calon pemilih, karena keputusan itu dilakukan berdasarkan hasil survei timnya yang menyebutkan masyarakat Indonesia itu yang suka pakai peci hanya 10 persen.

“Jadi acuan itu, tetap kami coba dan dijalankan. Selain itu kami juga melihat dengan tidak berpeci tambah kelihatan sebagai tokoh mudanya,” ungkap Heryawan sambil senyum. (*)

14
Apr
08

Kejutan 13 April

BANYAK pihak terkejut melihat hasil (sementara) penghitungan cepat (quick count) empat lembaga survei terhadap hasil Pemilihan Gubernur Jabar 2008, Minggu (13/4), membukukan kemenangan untuk pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf yang diusung PKS-PAN.

Keempat lembaga itu adalah Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang dipimpin Dr Denny JA, Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dipimpin Dr Saiful Mujani, Litbang Kompas, dan Pusat Studi Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis).

Pilgub Jabar 2008 diikuti lebih kurang 27,9 juta pemilih sesuai dengan daftar pemilih tetap dari sekitar 42 juta penduduk Jabar. Penghitungan resmi oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Jabar dimulai kemarin, dan diperkirakan tuntas sepekan ke depan.

Yang menarik dari perhitungan cepat ke-4 lembaga itu, akhir perhitungan dengan metode berbeda, jumlah sampel TPS yang tidak sama, margin perbedaan hasilnya tidak terpaut jauh. LSI-nya Denny JA, misalnya, mencatat pasangan Hade meraup 39,97 persen.

LSI-nya Saiful Mujani mencatat 39,46 persen. Litbang Kompas menyatakan pasangan Hade membukukan 40,37 persen. Adapun Puskaptis melansir angka kemenangan 41,74 persen untuk pasangan yang uniknya kemarin tidak ikut mencoblos karena tak punya hak pilih di Jabar.

Da’i Center tadi malam sekitar pukul 21.00 merilis penghitungan versi mereka dengan hasil kemenangan tipis untuk Danny-Iwan atas Agum-Nu’man. Pasangan Da’i meraih 36,66 persen, Aman 36,40 persen, dan pasangan Hade jeblok di angka 27,20 persen.

KPU Jabar pada pukul 20.45 merilis hasil sementara rekapitulasi suara dari daerah-daerah dengan keunggulan untuk pasangan Hade. Dari 358.201 suara yang masuk, Hade mengumpulkan 140.435 (39,21 persen) suara. Disusul pasangan Agum-Nu’man dengan raihan 112.033 (31,28 persen) suara. Danny-Iwan meraup 105.735 (29,52 persen) suara. Jumlah ini akan terus berubah sesuai dengan pertambahan suara yang masuk dari daerah-daerah.

Para kandidat gubernur pascapengumuman hasil perhitungan cepat kemarin memberikan komentar beragam. Ada yang pesimistis dan sinis dengan hasil penghitungan cepat, ada yang datar-datar saja, dan ada yang optimistis hasil penghitungan cepat takkan berubah.

Pengamat politik dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Cecep Darmawan melihatnya sebagai hal yang fenomenal. Menurutnya, kemenangan Hade dipengaruhi kecenderungan pemilih tidak melihat pada esensi visi misi yang disampaikan para kandidat pada saat kampanye.

Visi misi terlalu abstrak bagi para konstituen untuk melakukan penilaiannya. Bahkan mungkin juga publik tidak begitu paham akan visi misi calon. Kemenangan Hade juga dipengaruhi pilihan segmentasi politik dari generasi muda, ibu-ibu, kalangan kampus, kaum intelektual, pendidik, dan masyarakat menengah perkotaan.

Selain itu, bola liar sekitar 9 jutaan pemilih pemula (usia 17 sd 25 tahun) banyak menjatuhkan pilihan pada Hade. Dede Yusuf, yang memiliki ketampanan dan popularitas, menjadi faktor penentu pilihan kaum muda. Meski diakui bahwa Hade hanya didukung oleh dua partai (PAN dan PKS), infrastuktur politik PKS dan juga popularitas Dede Yusuf cukup menjadi daya tawar politik.

Seperti yang dialami oleh Rano Karno, popularitas Dede Yusuf yang muncul dari kalangan selebriti ternyata mampu membius para konstituen khususnya pemilih pemula dan kaum perempuan (muda). Jika di California, AS, seorang aktor Arnold Schwarzenegger menjadi gubernurnya, maka Jabar sebentar lagi memiliki wagub yang juga aktor, Dede Yusuf.

Becermin dari kemenangan Hade, pilgub Jawa Barat telah mengindikasikan bahwa rakyat adalah sentral bagi kedaulatan. Rakyat merupakan bagian penting dalam proses berdemokrasi. Dengan demikian, setidaknya kesadaran berdemokrasi masyarakat Jabar pada umumnya telah sedang memasuki tahap kemandirian (kematangan).

Setidaknya, dengan bermodalkan dana yang tidak begitu besar, pasangan ini bisa meyakinkan publik bahwa tanpa iming-iming, amang-amang, dan omong-omong, Hade telah meluluhkan hati sebagian besar rakyat Jabar untuk memilihnya.

Sesuai dengan jargon politiknya “Harapan Baru Masyarakat Jabar”, semoga Hade menjadi figur-figur yang tumbuh dan besar dari dan bersama rakyat. Mereka mesti tahu dan paham kebutuhan, keinginan, kegalauan, dan berbagai masalah rakyat Jawa Barat. (*)