08
Jul
08

Beast and The Beauty

APA yang terjadi jika the beast seperti saya ditugasi menilai  15 perempuan yang beauty, cerdas dan elegan? Bingung lah! Lha wong semuanya cantik, semuanya berotak cerdas, semuanya (tampak) berperilaku baik.

 

Ya, kami sebagai juri grand final Pemilihan Putri Indonesia (PPI) Riau tahun 2008 diberi mandat oleh panitia penyelenggara untuk memilih dan menetapkan satu saja sebagai yang terbaik dan satu lagi sebagai pendamping (runner up).

 

Ada 16 –dari 25 orang— peserta yang ditetapkan sebagai finalis. Para peserta ini putri-putri cantik berusia antara 18 sampai 25 tahun, berasal dari kabupaten  dan kota di Provinsi Riau.

 

Kami –setidaknya saya– tidak tahu dan tidak mengikuti proses penilaian itu dari awal. Panitia telah memilih juri-juri tersendiri untuk  menyeleksi para peserta yang merupakan duta dari daerah masing-masing itu, dan memilihkan untuk kami 15 yang terbaik.

 

Nah, tugas kami sebagai dewan juri babak akhir, adalah memilih satu saja sebagai pemenang utama, satu pendamping dan satu lagi pemenang ketiga. Caranya, melalui wawancara mendalam. Kami, lima anggota dewan juri, dan seorang sekretaris bertindak sebagai panel penguji. Peserta sebagai subjek yang menjalani ujian itu.

 

“Ujian akhir” ini tampaknya sangat menentukan untuk menggali faktor brain dan behavior (faktor beauty sudah dinilai oleh tim juri awal). Itu sebabnya dewan juri di babak akhir pun bukan orang-orang sembarangan (kecuali saya, kalee!!  hehehehe..).

 

Mereka adalah pakar-pakar di bidangnya. Sebut saja, Drs Azfauri Aziz MBA (General manager Export – PT Mustika Ratu) yang mewakili Yayasan Putri Indonesia sebagai pemegang hak penyelenggaraan PPI. Peserta yang terpilih sebagai  putri Indonesia, sekaligus jadi duta RI ke pemilihan Miss Universe.

 

Pak Aziz –kami menyapanya demikian– lah yang “mengukur” kepatutan dan kelayakan seorang peserta untuk PPI. Mulai dari tinggi badan (mutlak minimal 170 Cm) bobot ideal dan ukuran-ukuran fisik lain, juga tingkat pengetahuan.

 

Untuk menguji bobot intelektual sekaligus wawasan kepariwisataan, adalah bagian Prof Dr H Detri Karya SE MA, akademisi Riau  yang juga jadi staf pengajar di sejumlah perguruan tinggi negeri di Tanah Air dan di Malaysia.

 

Ada lagi juri lain, yakni Rozalita Nasution, tokoh sekaligus perempuan aktifis yang brilyan putri Riau jebolan untiversitas di London, Inggris. Ia sangat teliti, cermat, dan memiliki pengamatan yang tajam. Lalu ada Eva Leoniza, pakar kecantikan di Pekanbaru yang sangat tegas namun penuh sikap keibuan.

 

Jadilah Jumat 27 Juni 2008 itu merupakan hari yang padat, baik bagi para peserta maupun dewan juri. Wawancara berlangsung dari pagi sampai malam.  Bagi saya sendiri, 15 dari 16 finalis itu semuanya memenuhi syarat Putri Indonesia (yakni memiliki (intelektualitas, kecantikan, dan perilaku layak).

 

Namun, pilihan memang harus dilakukan karena tak mungkin Riau mengirim seluruhnya –15 peserta—ke ajang pemilihan di tingkat nasional.

 

Usai sesi wawancara itu, sebenarnya dewan juri bisa dikatakan sudah mengantongi ancar-ancar tiga pemenang utama, tinggal saja peneguhan melalui penilaian pada saat mereka tampil di panggung di depan publik.

 

Dari 15 peserta, kami menyeleksi lagi menjadi tinggal 10, kemudian diseleksi lagi jadi tinggal lima, dan akhirnya kami memilih tiga. Dari tiga inilah, kami menetapkan satu yang paling baik di antara yang (sebenarnya semua sudah) terbaik, yang akan mewakili Riau.  (*)

 


0 Tanggapan to “Beast and The Beauty”



  1. Tinggalkan sebuah Komentar

Tinggalkan komentar