Arsip untuk November 1st, 2008

01
Nov
08

Kembang Api Syaharani

SABTU (01/11) siang dapur redaksi Banjarmasin Post tiba tiba semarak oleh karena kedatangan tamu istimewa. Ya, dialah penyanyi jazz papan atas, Syaharani bersama manajer serta geng-nya, The Queenfireworks.

Kunjungan ini memang kejutan khusus. Pasalnya setalah tampil di acara Jazz Tunes With Syaharani di Le Bistro Rattan Inn Banjarmasin, Jumat (31/10) malam, sedianya Syaharani akan langsung bertolak ke Jakarta. Tapi dia dan beberapa personel SQF menyempatkan diri.

Bagaikan keluarga sendiri, Syaharani and the gank disambut awak BPost, antara lain Direktur PT Grafika Wangi Kalimantan, Yusran Pare dan Redaktur Pelaksana, Harry Prihanto.

“Apa kabar? Senang banget bisa berkunjung ke BPost. Adem banget ya,” sapanya pada awak rdaksi sesaat setelah duduk di ruang redaksi bersama gank-nya.

Syaharani, dara kelahiran Batu, Malang 27 Juli 1971 ini, termasuk satu di antara sedikit penyanyi yang mengembangkan kegelisahan intelektualnya, sehingga tak pernah berehenti mengeksplorasi semesta pengetahuan. Tidak hanya musik. Tidak sekadar bernyanyi, tapi menukik lebih dalam lagi sampai pada tataran menjelajahi makna hakekat bunyi.

Wajar jika cerita tentang musik pun langsung mengalir. Mulai rencana pembentukan komunitas jazzer di Banjarmasin hingga garapan bukunya tentang musik di Tanah Air yang akan segera terbit.

Syaharani bilang, dia ingin kembali berpetualang di album terbarunya Syaharani and the Queenfireworks yang bertitel Buat Kamu. Album ini adalah kebangkitan kembali setelah empat tahun silam bereksperimen dengan warna triphop atau psychedelic lewat album Magma.

Walaupun punya kelebihan dengan karakter suaranya bisa bermain di segala jenis musik, di album inilah, dia tampilkan musik pop, chill out, lounge music, brazillian music, dan rock.

“Cuma aku tak mau lagi membuat penggemar mengernyitkan dahi. Ingin lebih easy listening. Aku dan teman-teman main suatu yang ringan tanpa harus meninggalkan jati diri kita yang telah melekat,”lanjutnya.

Album ini diproduksi Queenfireworks bersama Achmad “Didit” Fareed, yang juga main di gitar, keyboard, bas, dan programming. Didukung pula oleh Donny Suhendra (advicer, gitar), Adi Dharmawan dan Todung Panjaitan (bas), Agam Hamzah (gitar), Kevin Wahl (trumpet), Eddy Syakroni (drum), dan Iwan Wiradz (perkusi).

“Aku dan kawan-kawan seperti bebas lepas, dengan main musik di lintas genre, yang disebut corssover. Contohnya, ada harmonisasi the Carpenters pada lagu Delight, Tetaplah di Sini, Buat Kamu,” jelas putri pasangan Hasan Ali Ibrahim dan Elly Zapantis ini lagi.

Uniknya di album ini, dia memadukan lirik mulai dari Indonesia, Inggris, Brazil, seperti di lagu Jogando Com Fogo. Banyak kejutan di album ini. Suasana eksotik Spanyol pada lagu De’ Dia (di hari yang siang), mengingatkan pada vokal penyanyi jazz, Tania Maria. Lalu, vokal ala Sade terdengar di Mungkin Indah. Rani bisa lembut, lalu menyentak, dan dinamis.

Syaharani tak salah memilih Fireworks sebagai jati diri proyek musiknya. Sesuai labelnya, fireworks atau kembang api, Syaharani membara tapi memerciki keindahan tiada tara, dan ini semua “Buat Kamu”, para penggemarnya. (Mansur Wartawan Banjarmasin Post)

01
Nov
08

Teringat Tegallega, Don!

SOSOKNYA tak banyak berubah, kecuali kini lebih gendut. “Sayah eureun ngaroko!” katanya.Lebih 20 tahun tak bertemu dan tak pernah kontak, Jumat (31/10) malam kami bertemu lagi di Rattan Inn, hotel ternyaman saat ini di Banjarmasin.

Donny Suhendra masihlah Donny yang kalem, tak banyak cakap. Lebih banyak diam menyimak saat ngobrol, tapi manakala jari-jarinya menyentuh dawai….. busyet!!! Ibarat seribu jari yang serempak memainkan nada dalam dinamika tinggi dan kompleks!

Malam itu ia bersama geng-nya, Syaharani & Quinfireworks tampil di Le Bistro, resto di Rattan Inn.Sejak pukul sembilan malam, area seukuran lapangan squash itu sudah disesaki pengunjung. Praktis, sebagian besar dari mereka berdiri di sela meja-meja yang dikelilingi kursi bagi para tamu undangan.

Daripada ikut berdesak dan tidak bisa menikmati musik mereka, saya memilih tempat di lantai atas. Tak bisa menyaksikan mereka, tapi lebih leluasa mendengar sajian musik “Ratu Kembangapi” itu, sambil menyesap Baccardi.

Donny memang luar biasa. Bagi saya dia adalah musisi tulen sampai ke tulang sumsumnya. “Tunggu, ntar gua pancing dia untuk nge-blues, biar keluar gilanya…” bisik Syaharani, beberapa saat sebelum tampil. Dan, betul saja.

Cabikan jemari Donny –di tengah tingkahan rekan-rekannya pada instrumen lain— saat itu seperti mendadak menjalarkan histeria nada yang rumit, tapi encer dan indah. Kompleks tapi simpel dan begitu akrab. Setidaknya bagi orang seperti saya yang awam musik.

Ingatan telontar ke awal-awal 80-an, saat Donny dan kawan-kawan musisinya “magang” sebagai band pengiring pada setiap ada fetival penyanyi lagu populer di Bandung, dan saya baru tahun-tahun pertama jadi wartawan. Bagaimana dengan sabar ia mengiringi penyanyi-penyanyi culun, yang sedang bermimpi jadi bintang.

Tempatnya adalah panggung bobrok di pojok lapangan Tegallega yang dijadikan markas Himpunan Artis dan Musisi Indonesia (HAPMI) Kota Bandung yang dimotori Djadjat “Paramour” Kusumadinata. Atau Gedung Saparua –gelanggang olah raga yang lebih sering jadi arena pertunjukan musik- atau di Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan tempat pertunjukan wayang golek tiap malam minggu, yang kemudian sering jadi tempat pentas musik.

Atau bahkan di Gedung Kesenian Rumentang siang, tempat sandiwara Sunda dan teater modern biasa dipentaskan. Karena Bandung miskin gedung pertunjukan musik (sampai saat ini), maka gedung-gedung itulah yang terpaksa jadi tempat para musisi mengekspresikan gairah musiknya.

Wararaas, nya Don! (*)