TIBA-tiba rencana berubah. Begitu mendarat di bandara internasional Hong Kong, Jumat 14 Mei 2010 lepas tengah hari, rekan seperjalanan dari Jakarta mengusulkan untuk tidak langsung masuk Hong Kong melainkan ke Macau dulu. Jadilah!
Kami tak pernah ke Hong Kong, jadi ya ikut saja. Apa lagi terminal fery Hong Kong-Macau menyatu dengan bandara sehingga tak terlalu repot mengurus keberangkatan. Beberapa langkah dari gerbang kedatangan, kami sudah tiba di depan deretan loket untuk membeli tiket fery.
Saya bersama H Gusti Rusdi Effendi, Wahyu Indriyanta dan tiga rekan dari Jakarta pun mendamparkan diri sejenak di ruang tunggu yang nyaman. Fery Trubo Jet berangkat setengah jam kemudian.
Fery dari Hong Kong ke Macau ada tiap setengah jam, mulai dari pukul 7.00 sampai pukul 20.30 pada hari biasa. Di hari libur fery beroperasi hingga pukul 00.30. Ongkosnya relatif murah, yakni antara 142-149 dolar Hong Kong atau sekitar 150 ribu rupiah, lama perjalanan sekitar 45 menit.
Sesaat setelah kami duduk di dalam fery, petugas membagikan formulir keimigrasian yang harus segera diisi. Kami pun diberi selembar kartu berlapis, warna merah jambu gemerlap. Ukurannya lebih besar sedikit darikartu remi.
“Ini voucher keberuntungan. Silakan buka dan lihat isinya,” kata petugas fery. Rupanya para pengelola bisnis judi di Macau paham betul cara memanjakan pelancongnya. Belum apa-apa sudah dihadiahi, dirangsang untuk berjudi.
Semua kartu keberuntungan yang kami terima, masing-masing berisi voucher gratis bernilai 100 MOP (Macau Patacas-mata uang resmi Macau) yang nilainya hampir sama dengan 100 dolar Hongkong, ya sekitar seratus ribu rupiah. Jadi, beli tiket fery Rp 150.000, dapat voucher untuk judi senilai Rp 100.000!
Orang bilang, Macau adalah pusat judi terbesar di Asia, malah warga Macau berani mengumumkan ‘negaranya’ adalah pusat perjudian dunia mengalahkan Las Vegas di Amerika Serikat. Kini ada ikon baru di macau, yakni The Venetian sebuah fasilitas komplet untuk menghibur diri.
Anda belum ke Macau kalau belum menginjak The Venetian, demikian bunyi promosi pada sebuah brosur. Ya, Venesia Macau adalah sebuah resor yang –mulai dioperasikan Agustus 2007– memadukan segala keperluan orang untuk menikmati hiburan.
Dan, ke sanalah kami menuju.
Turun dari Turbo Jet, kami disambut bus nyaman. Langsung ke The Venetian. Gratis! Hampir semua fasilitas hiburan dan perjudian di Macau melakukan cara ini untuk menngisap pengunjung. Bus berkapasitas rata-rata 60 penumpang, full-AC, tempat duduk nyaman, berderet-deret menanti penumpang dan mengantarkannya secara cuma-cuma ke tujuan.
Bagitu tiba lobi utama barat –saking besarannya hotel ini, lobinya dibagi dua, barat dan timur)– sementara rekan kami mengurus pemesanan kamar, saya cuma tercengang sendiri, merasa betul-betul seperti rusa masuk kampung.
Ini persis sebuah kota di dalam struktur bangunan raksasa. Venetian hanyalah satu dari serangkaian fasisiltas yang sedang dikembangkan Las Vegas Sand Corp (LVSC) –taipan perjudian di Las Vegas yang merentangkan sayapnya hingga ke Macau. Di sebelahnya, menyatu dalam struktur yang sama adalah Four Season Hotel.
Venetian menyediakan 3.000 kamar -semua suite- yang ditata nyaman. Tiap kamar dilengkapi segala perangkat dasar yang dibutuhkan, sampai ke faksimil dan alat cetak (printer). Sofa dan tempat tidur besar-besar dan mewah. Minibar terisi lengkap. Tarif terendah sekitar Rp 3 juta per malam.
Memang ini bukan hotel pertama yang menawarkan replika Venesia. Sebelumnya sudah ada Venetian Las Vegas di Nevada, AS, yang juga milik LVSC.
Dengan luas 10,5 juta kaki persegi atau sekitar 1 juta meter persegi, Venetian Macau bukan saja dua kali lebih besar daripada Venetian Las Vegas. Ia juga diklaim sebagai bangunan terbesar di Asia dan bangunan terbesar kedua di dunia. Hanya kalah oleh pabrik Boeing di Washington.
Lantai kasino seluas 550.000 kaki persegi –terbesar di dunia– menandai lobi utama di lantai pertama. Di areal sebesar stadion sepak bola itu terdapat 870 meja permainan dan lebih dari 3.400 mesin judi.
Itu sebabnya, untuk memancing pengunjung agar berjudi, pengelola memberikan ‘uang muka’ berupa voucher senilai 100 MOP pada tiap pelancong. Dijudikan atau tidak, terserah …! (*)