BANJARMASIN, BPOST – Santai, serius dan penuh keakraban. Itulah suasana dalam talkshow buku Gigo-gigo bersama penulis buku yang juga pemimpin redaksi (Pimred) Banjarmasin Post Group, Yusran Pare di Toko Buku (TB) Gramedia Jalan Veteran, Minggu (15/11) siang.
Para undangan dan pengunjung toko buku terbesar di Banjarmasin itu, terlihat antusias mengikuti pemaparan isi buku langsung dari sang penulis. Dipandu Diana Rosianti yang juga Manajer Area Smart FM Banjarmasin, acara yang bertajuk Bincang-bincang Bersama Yusran Pare, banyak diimbuhi guyon-guyon segar.
Gelak tawa pun membahana, ketika sang pemandu acara melontarkan pertanyaan terkait judul buku yang mendekati penjualan lima ribu eksemplar tersebut. “Kenapa judulnya Gigo-gigo, kok tidak sekalian Gigolo biar jelas. Anehnya, isi dalam buku ini lebih banyak mengulas perempuan,” kata Diana.
Sambil tersenyum, Yusran Pare menjelaskan, buku tersebut merupakan kumpulan dari esai yang penah diterbitkan di Tabloid BëBAS. Tulisan tersebut, mengupas sisi lain dari peristiwa besar yang terjadi saat itu. Namun, dari peristiwa besar itulah banyak hal-hal kecil yang sering terlena dari perhatian masyarakat. Padahal memiliki nilai lebih.
“Misalnya persoalan prostitusi mudah dijumpai di setiap daerah, selain perkembangan pembangunan. Sering kali hal itu terabaikan oleh masyarakat,” terangnya.
Selain itu persoalan hukum, seperti yang terjadi sekarang ini. Menurut mantan Pemred Tribun Jabar ini, persoalan tersebut pernah mewarnai dunia hukum di Banjarmasin. Masyarakat disuguhi ketidakpastian dan “rekayasa” mengenai penegakan hukum.
“Dalam tulisan Negeri Sakau, itu pernah terjadi enam tahun lalu di Banjarmasin. Artinya, sebelum Jakarta geger dengan persoalan hukum itu, di Banjarmasin sudah pernah terjadi,” tegasnya.
Menurut pakar komunikasi Unlam Banjarmasin Fachriannoor, buku Gigo-gigo tidak ketinggalan zaman. Artinya, isinya sesuai dengan perkembangan zaman meskipun tulisan itu dibuat sekitar enam tahun lalu.
Kelebihan buku tersebut sangat dekat dengan pembaca, karena memberikan gambaran tentang hal-hal yang kerap ditemui di masyarakat. “Apalagi buku tersebut dengan bahasa yang lugas disertai fakta-fakta dengan gaya dialog. Itulah yang menjadi kekuatan buku ini,” terangnya sambil mengangkat buku Gigo-gigo. (coi)
Ngobrol Gigo-Gigo Bersama Yusran Pare

BANDUNG, TRIBUN – Mantan Pemimpin Redaksi Harian Pagi Tribun Jabar yang kini menjabat Pemimpin Redaksi Harian Umum Banjarmasin Post, Yusran Pare, akan hadir dalam acara bincang- bincang mengulas bukunya Gigo-Gigo di Toko Buku Gramedia Bandung Supermal, Rabu (10/2) pukul 14.00.
Selain diulas penulisnya, akan hadir pembahas pakar ilmu komunikasi dari Universitas Islam Nusantara (Uninus) Dr Yosal Iriantara. Buku Gigo-Gigo, yang diterbitkan oleh PT Grafika Wangi dan diberi pengantar oleh Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas Trias Kuncahyono, merupakan kumpulan tulisan Yusran Pare yang menyoroti isu-isu aktual yang terjadi di tanah air. Gigo-Gigo berisi 61 judul tulisan yang dikupas mulai dari politisi, pelacur, pelawak, santri, rahib, penyanyi, semuanya hadir dalam bahasa yang renyah.
Gigo-Gigo terbit pertama kali pada Agustus 2009, diluncurkan di Kota Banjarmasin dan langsung diserbu para kutu buku, termasuk artis yang saat itu hadir di Banjarmasin. Hingga Februari 2010 ini Gigo-Gigo sudah cetak ulang. (cep)
Gigo Gigo, Buku Wajib Bagi yang Ingin Berubah

GILA dan cerdas! Itulah komentar yang diungkapkan seorang pakar komunikasi, Soni Sonjaya, seusai menjadi pembawa acara bedah buku Gigo Gigo karya Yusran Pare, di Toko Buku Gramedia, Bandung Supermal, Rabu (10/2). Menurutnya, buku itu lahir dari seorang penulis yang berpenampilan apa adanya, sesuai dengan karyanya.
“Tulisannya itu juga disajikan lebih kepada personal, apalagi bisa memungkinkan seseorang mengubah cara pandangnya. Pokoknya buku luar biasa yang mengangkat realita masyarakat sesuai fakta,” ujarnya. Karena bersifat sentilan secara personal, buku ini patut untuk dijadikan referensi bagi yang ingin berubah secara pola pikir dan perilaku.
Soni juga mengatakan, selain tulisan yang dikemas ringan agar mudah dimengerti dan dipahami, kumpulan fakta itu juga menyentil karut-marut politik dan sosial yang ada di negara ini, yang terkadang malu untuk diungkapkan pemerintah.
Lain halnya komentar dari Dr Yosal Iriantara dari Fikom Universitas Islam Nusantara (Uninus). Menurutnya, hanya ada beberapa buku yang menyerupai kumpulan tulisan fakta yang dijadikan buku oleh Yusran, yakni Catatan Pinggir karya Gunawan Muhammad dan Kompasiana karya PK Ojong.
“Gigo Gigo bisa disandingkan dengan kedua buku tersebut. Namun, yang menyajikan fakta dengan derajat perenungan hanya ada di karya Yusran Pare,” ujarnya. Yosal juga menegaskan, Gigo Gigo bisa memiliki kekuatan untuk mengubah nilai yang paling dasar, yang berhadapan dengan manusia itu sendiri.
Komentar pun datang mantan rekan sekantor Yusran Pare, Ummy Latifah. Menurut perempuan yang mengenakan jilbab ini, buku ini menceritakan unsur budaya lokal di beberapa tempat di Indonesia. Ada yang dari Kupang, Aceh, Banjarmasin, dan Bandung. “Kata-katanya ringan, tetapi tidak vulgar,” ujar Ummy. Namun, kata karyawan sebuah penerbitan ini, tulisan itu belum sepenuhnya mendeskripsikan Yusran yang jahil.
Gigo Gigo adalah kumpulan tulisan Yusran Pare, mantan Pemimpin Redaksi Harian Pagi Tribun Jabar, yang kini menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Banjarmasin Post. Tulisan itu menyoroti isu-isu aktual, dari kehidupan sosial hingga bencana alam yang terjadi, seperti gunung sampah Leuwigajah dan tsunami Aceh.
Buku ini menyajikan 61 judul tulisan yang mengupas mulai soal politisi, pelacur, pelawak, santri, rahib, hingga artis. Semuanya dikemas dengan tulisan yang bermakna sekaligus menghibur.
Pria kelahiran Sumedang 5 Juli 1958 ini mengatakan, ia hanya mengumpulkan fakta yang pernah diberitakan, yang juga merupakan karya jurnalisme.
“Saya hanya mengumpulkan dari perspektif yang baru,” ujarnya. Gigo Gigo diterbitkan PT Grafika Wangi pada Agustus 2009, dengan harga Rp 40 ribu. (zz)