Posts Tagged ‘majikan

05
Jan
08

Horor Sang Majikan

nirmalabonat.jpg

ENTAH apa yang dirasakan Nirmala ketika Kamis (3/1/07) Hakim pengadilan Kuala Lumpur menyatakan Yim Pek Ha majikan Nirmala, bersalah dan dapat dihukum setidak-tidaknya 20 tahun penjara.

“Jaksa penuntut telah berhasil membuktikan empat tuduhan yang diajukan. Saya menyatakan Yim Pek Ha bersalah. Sebelum diputuskan berapa lama hukumannya, maka saya memberi kesempatan kepada tertuduh untuk membela diri,” kata Ahktar, hakim tunggal mahkamah di Kuala Lumpur itu.

Adil ataupun tidak, putusan ini tentu saja sangat berarti tidak hanya bagi Nirmala Bonat, tapi bagi bangsa Indonesia, khususnya mereka yang bekerja di luar negeri karena tanah airnya –yang subur makmur aman tenteram ketaraharja– ini tak mampu menyediakan lapangan kerja yang memadai bagi mereka.

Dua puluh tahun mungkin tempo yang cukup lama bagi si terhukum. Tapi cedera fisik dan psikis yang dialami Nirmala tak akan sembuh lagi sampai seumur hidupnya. Remaja putri asal Nusa Tenggara Timur ini harus menanggung cacat bikinan sang majikan.

Rumah sang majikan yang seharusnya melindunginya dari berbagai ancaman, justru jadi neraka yang mencengkeramnya dengan beragam siksa dan aniaya.

Horor ini terkuak pertengahan Mei 2004, dan langsung mengguncang perasaan orang-orang yang punya hati nurani. Ia jadi korban kekejian majikan tempatnya mengabdi. Dara berusia 19 berkulit hitam dengan paras manis berambut keriting ini telah berubah drastis.

Wajahnya jadi lebih mirip alien dalam Star Trek. Sosoknya penuh bopeng dan bekas luka melepuh. Di punggung, kedua payudara, paha, betis, kepala, tangan. Cedera fisik ini buah penderitaan yang ditahan-tahannya berbulan-bulan. Kadang ia disiram air panas. Sesekali digetok. Kali lain disetrika!

“Pada bulan keempat beta mulai disiksa. Pertama kali gara-gara piring retak kena pipa air. Dong marah, dan pukul be pung mulut deng cawan besi. Sejak itu amper tiap hari dong pukul beta. Yang paling sakit yang beta inga, setelah disetrika. Beta pingsan. Dong siram beta deng air panas. Untung beta sadar dan menghindar,” tutur Nirmala kepada Richard, wartawan Pos Kupang yang menghubunginya di tempat penampungan beberapa hari setelah dia lolos dan diselamatkan.

Ya, Nirmala berhasil lepas dari siksaan. Media setempat menyiarkannya. Dunia tersentak, dan sejenak menoleh ke Malasysia. Insiden ini tentu saja menampar muka Encik Badawi dan masyarakatnya, sekaligus (mestinya) menohok pemerintah Indonesia yang ternyata –setelah lebih 30 tahun mengekspor tenaga kerja– tidak juga mampu memberi perlindungan memadai pada anak bangsanya di rantau.

Sangat wajar jika Badawi mengaku sangat malu ketika ada warga negara makmur yang dipimpinnya berlaku amat teruk seperti itu. Sebagai bangsa beradab dan ramah, Malaysia tentu akan tercoreng oleh ulah salah seorang ‘oknum’ waragnya yang ’sanggup melakukan kesakitan begitu rupa kepada seorang manusia lain,’ sebagaimana ditulis media setempat.

Tentu sangat tidak wajar jika pemerintah tempat Nirmala berasal justru adem ayem, tidak serentak melakukan tindakan strategis dan sistematis untuk melindungi para pekerjanya di luar negeri, selain sekadar berusaha menjemputnya dan mendampingi pada saat proses hukum.

Apalagi Nirmala bukanlah satu-satunya korban. Ia hanyalah satu dari sekian puluh bahkan mungkin ratusan — dari entah berapa orang persisnya jumlah pekerja kita di tanah seberang. Tahun 2003 saja hampir 900.000 orang diekspor, eh dikirim, ke luar negeri. Dari jumlah 60-70 persen dari bekerja di sektor informal (untuk tidak menyebut sebagai pembantu rumah tangga) seperti Nirmala.

Nirmala berarti immaculata, suci, bersih, adalah seorang pengembara tulen. Ia tinggalkan kampung halaman yang tidak bisa memberinya kehidupan layak. Ia hanya punya tenaga dan kemauan mengubah nasib. Bekerja apa pun –sepanjang itu halal– jadilah.

Maka ia menyeberang ribuan kilo meter dari kampungnya di pojokan pulau karang kering di belahan barat Timor. Dari kampung halamannya yang bertetangga dengan ‘luar negeri’ Timor Leste, ia mengembara ke barat, ke negeri Encik Badawi dan mengabdi pada sebuah keluarga. Dan, malapetaka pun menimpanya.

Lihat http://curahbebas.wordpress.com