Posts Tagged ‘persib

26
Sep
08

Hidup Persib… Lah!

Persib vs Pelita

Persib vs Pelita

BANDUNG, TRIBUN – Maung Bandung meraih hasil sempurna saat menjamu Pelita Jaya di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, Kamis (25/9) malam. Gol semata wayang Lorenzo Cabanas pada menit ke-65 bertahan hingga akhir pertandingan sehingga skor 1- 0 untuk Persib.

Gol menentukan itu berawal dari sebuah kerjasama apik Eka Ramdani, Hilton Moreira dari sektor kiri pertahanan Pelita Jaya. Lolos dari kawalan pemain belakang Pelita, Hilton Moreira menembak bola ke gawang Pelita yang dijaga I Made Wardana.

Tendangan keras Hilton diblok, bola muntah ke depan Cabanas yang langsung menyambar bola hingga merobek jala Pelita Jaya. Stadion Si Jalak Harupat yang jadi kandang Pelita Jaya bergemuruh seperti hendak runtuh.

Sorak sorai dan standing ovation dilakukan sekitar 30 ribu bobotoh yang menyesaki setiap sudut stadion kebanggaan warga Kabupaten Bandung itu. Beberapa penonton bahkan nekat menyulut petasan guna menyambut kemenangan prestisius pada tarung derbi kemarin.

Kemenangan dan nilai sempurna ini mendongkrak posisi Persib ke urutan 9 klasemen sementara Liga Super Indonesia (LSI) 2008. Sebelumnya klub kebanggaan Jabar ini menduduki peringkat 11, satu tingkat di atas Pelita Jaya.

Dari 10 kali bertanding, Persib kini mengumpulkan 16 poin. Grafik permainan Persib pun semakin membaik setelah dalam laga kandang Senin (22/9) menekuk tim tamu PSIS dengan skor meyakinkan, 3-1.

Tim Pangeran Biru akan kembali menjalani laga tandang di Bontang melawan Pupuk Kaltim pada 6 Oktober 2008. Pertandingan berikutnya akan dijalani di Samarinda pada 9 Oktober melawan Persiba Balikpapan. (Tribun Jabar)

23
Jul
08

Bobotoh, Aduh…!!!

AKHIRNYA Komisi Disiplin (Komdis) PSSI menjatuhkan sanksi. Mereka melarang bobotoh (suporter) Persib menggunakan atribut Persib dalam semua laga klub legendaris dari Bandung ini, baik kandang maupun tandang. Larangan itu berlaku selama setahun!

Sanksi diputuskan Selasa ( 22/7/08 ) menyusul aksi anarkis yang dilakukan ribuan bobotoh di dalam maupun di luar Stadion Siliwangi ketika Persib menjamu Persija, Minggu (20/7) malam. Pertandingan berakhir 3-2 untuk keunggulan tim tamu berjulukan Macan Kemayoran itu.
Selain pelarangan penggunaan atribut Persib, Komdis PSSI juga mengeluarkan larangan penggunaan segala atribut, kaus, poster, stiker, pamflet, spanduk, yang bertuliskan kata-kata yang menghina, rasis, dan bernada permusuhan dengan pendukung lain.
Jika dalam waktu enam bulan ke depan masih tetap ditemukan pelanggaran atas larangan penggunaan atribut klub dan keberadaan atribut bernada permusuhan ini, klub akan didenda Rp 200 juta.
Pelarangan berlaku sejak pertandingan away ke kandang Persipura di Jayapura, Minggu (27/7). “Meski wasit tidak melihat kejadian tersebut tapi berdasarkan rekaman, Haryono memang terlihat menginjak Robertinho,” kata Hinca seusai sidang di Sekretariat PSSI, kemarin.
Di pihak lain, bobotoh menampik tudingan bahwa mereka memicu kerusuhan yang merusak pertandingan Persib-Persija itu. Sebaliknya bobotoh menunjuk wasit Alil Rinenggo sebagai biang keladi kerusuhan karena dinilai tidak adil dalam memimpin pertandingan.

Yana Bool, salah seorang pendiri Viking, meminta semua pihak tidak terlalu menyalahkan bobotoh terkait kerusuhan tersebut. “Kita ini sudah sabar tapi karena wasitnya kurang ajar, maka terjadi lah kerusuhan itu. Kalau kita mau rusuh mah, mungkin sejak awal kita hajar aja pemain Persija, tapi kan ini tidak dilakukan,” kata Yana, Senin (21/7).

Ketua Viking Heru Joko menyesalkan terjdinya kerusuhan itu. Namun Heru menggaris bawahi bahwa wasit yang diturunkan untuk pertandingan Persib-Persija, adalah wasit yang harus mengetahui atmosfir pendukung sepakbola di Bandung.

“Bukan berarti kami meminta wasit memberi kemenangan kepada Persib. Tapi wasit harus lebih jeli pada pertandingan big match seperti Persib lawan Persija,” ujar Heru. Ketua The Bomber Asep Abdul yang saat pertandingan Persib-Persija menonton di tribun selatan bersama anggotanya mengatakan, selain buruknya kepemimpinan wasit, kerusuhan itu juga diakibatkan tidak nyamannya menonton di dalam stadion.

“Geus mah tiketnya mahal, nyarinya susah., terus di dalam stadion pasedek-sedek (berdesakan, Red),” ujar Asep. Menurut Asep, di tribun selatan, ia sudah berusaha meredam emosi penonton. Asep menurutkan, dia dan rekan-rekannya dari Bomber akhirnya memilih keluar Stadion karena penonton justru makin beringas, demikian diberitakan Tribun Jabar.

Jika disimak dari apa yang tersirat pada berita itu, panitia pun tidak terlalu siap mengelola pertandingan “panas” tersebut sehingga muncul peluang-peluang yang lebih memicu emosi dan mendidihkan amarah. Apa boleh buat. Hukuman telah dijatuhkan. (*) 

 

 

 

30
Nov
07

Persib, Bumerang Cinta

 persib.jpg

Dari kiri, Dedi Muhtadi, Kepala Biro Kompas Jabar (moderator), Tri Goestoro, Yossi Irianto dan Yusran Pare dalam Bincang Kompas di Sasana Budaya Ganesha ITB, Kamis (29/11) membahas kemandirian Persib. (Foto Gani Kurniawan/Tribun Jabar)

***

“BANYAK warga Jawa Barat begitu cinta pada Persib Bandung. Bahkan, ketika diusik sedikit tentang Persib, mereka bisa sangat terusik. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya dukungan bagi Persib.”

Kata-kata itu terdengar indah diungkapkan Pemimpin Redaksi Tribun Jabar Yusran Pare dalam Bincang Kompas  dengan tema “Menuju Kemandirian Persib di Tahun 2008” di Sasana Budaya Ganesha, Bandung, Kamis (29/11). Terbayang di mata, puluhan ribu pendukung Persib di Jabar tidak akan pernah mau Persib cacat sedikit pun.

Akan tetapi, Yusran menuturkan, hal itu sangat berlawanan ketika kolom Deudeuh ka Persib dibuka. Program ini digagas Tribun Jabar ketika Persib mulai menemui kesulitan pembiayaan, baik untuk membeli pemain baru maupun biaya operasional.

Harapannya, fanatisme dan kecintaan pada Persib bisa menyelamatkan Persib. Namun, sejak dibuka sekitar empat bulan lalu, dikatakan Yusran, penambahan dana sangat sedikit. Bahkan, pergerakannya makin stagnan. Hingga Kamis kemarin, “susu” untuk Persib baru berjumlah Rp 39.362.500. Ironis.

“Ketika Persib mau dijual, banyak reaksi keras dari pendukung Persib. Hal ini menunjukkan emosi dan roh kekuatan sangat besar dalam diri pendukung Persib. Tapi, ketika Persib memerlukan bantuan finansial, perkembangan yang terjadi tidak seperti yang diharapkan,” ujarnya.

Meski demikian, mencintai Persib memang tidak bisa sebatas diukur dengan sumbangan uang. Ada banyak cara positif yang dilakukan bobotoh untuk menunjukkan kecintaannya. Ribuan pesan singkat yang masuk ke Redaksi Tribun Jabar menjadi bukti rasa fanatik pendukung Persib.

“Persib sudah seperti simbol Jabar. Namun, apabila semangat dan perhatian di atas dikembangkan lebih, tentu perkembangan emosi menjadi lebih positif,” katanya.

Terkait dengan rasa tanggung jawab memiliki Persib, Yossi mengatakan, seharusnya tidak hanya bobotoh yang lebih rajin mengirimkan pesan singkat ketimbang menyumbang uang. Menurut dia, operator seluler harus ikut serta di dalamnya. Yossi menyatakan, tidak terhitung berapa banyak rupiah yang dihasilkan dari gelontoran ribuan pesan singkat per harinya.

“Kami akan menjalin kerja sama dengan operator seluler agar ke depannya mereka tidak bisa mengambil untung dari kecintaan banyak orang tanpa peran signifikan pada Persib,” ujar Yossi.

Sering merugi

Kecintaan ribuan bobotoh pada Persib memang sulit diragukan. Minimal 20.000 orang memadati Stadion Siliwangi bila Persib bermain di Bandung. Tua, muda, perempuan, lelaki, pejabat atau masyarakat, biasa tumplek blek di stadion.

Sayang, fanatisme ini tidak simetris dengan pundi keuangan Persib. Bahkan, Persib sering kali merugi, misalnya akibat kerusuhan yang ditimbulkan penonton. Pada musim 2007 ini, Persib mengalami tiga kali partai usiran. Minimal Rp 500 juta rupiah melayang akibat hukuman ini.

Menurut ketua panitia pertandingan Persib Sukowiyono, masih banyak oknum tertentu, baik petugas dalam maupun masyarakat, yang sengaja melakukan kecurangan. Kebocoran tiket atau kecurangan dalam membeli tiket sering hanya mendatangkan kerugian. Hal ini semakin parah dengan sikap PSSI yang mencaplok banyak keuntungan dari hak siar. Akhirnya, hanya kerugian yang sering diterima. Bahkan, bila terjadi kericuhan, selain pertandingan dilarang ditonton, denda pun harus dibayarkan.

“Saya sangat mengharapkan agar tidak ada lagi ulah yang merugikan Persib. Khususnya lawan Persitara Jakarta Utara, Sabtu pukul 18.30 di Stadion Si Jalak Harupat, jangan sampai terjadi kericuhan. Sebab, Persib sangat membutuhkan dukungan menuju babak final Liga Djarum Indonesia,” kata Suko. (CORNELIUS HELMY/KOMPAS JAWA BARAT 30 NOVEMBER 2007)