Posts Tagged ‘Jalan Malabar

23
Feb
08

Delapan Tahun

delapan-tahun.jpg

LAHIR dengan nama Metro Bandung. Edisi perdana harian pagi ini diluncurkan 23 Februari 2000 dengan semangat sebagai koran kota. Tak terasa, delapan tahun sudah usia surat kabar yang kami kelola di tengah sesaknyanya pasar media di Bandung dan Jawa Barat.

Ada kebahagian melihat teman-teman larut dalam sukacita pesta kecil memotong satu tumpeng dan merecah kue tart sederhana, sekadar simbol. Saya jadi teringat ketika peryama kali Mas Herman Darmo, Bang Syamsul Kahar, Mas Agus Nugroho dan seabreg rekan berdesak-desak di garasai rumah kontrakan di Jalan Malabar 7 Bandung, yang kami sulap jadi kantor.

Sebagian di antara teman-teman yang turut bersama sejak itu, hingga kini masih berkiprah bersama. Sebagian lagi, sudah memilih jalan sendiri-sendiri di luar kami. Ada yang masih di bidang pers, ada pula yang di bidang lain.

Peringatan ulang tahun kedelapan, kami rayakan sangat sederhana, seperti biasa. Tempatnya di halaman kantor, di Jalan Malabar No 5, geser satu nomor dari bangunan yang pertama kali kami tempati.

Di tempat ini pun, kami masih mengontrak. Tapi, perayaan kali ini membangkitkan kegairahan baru karena sebagaimana diumumkan H Pitoyo, pemimpin perusahaan Tribun Jabar kini, dipastikan tahun depan kami akan menempati kantor milik sendiri di kawasan Jalan Riau (RE Martadinata).

Betapa pun besar/kecilnya, inilah hasil kerja keras teman-teman selama ini. Ini juga sekaligus menunjukkan, apa yang kami lakukan, apa yang kami kerjakan mulai menampakkan hasil. Bahwa rentang waktu yang kami tempuh begbitu lama, ya karena itulah kenyataannya.

Bisa bertahan di tengah situasi pasar yang demikian rapat dan kejam saja sudah merupakan anugerah. Karenanya, apa yang kami peroleh hari-hari ini, tentu saja merupakan anugerah yang lebih besar lagi.

Karena itu meluncurkan Metro Bandung setiap hari, perlu perjuangan yang ekstra keras. Tahun demi tahun, Metro menembus rimba raya pasar surat kabar di kota Bandung –dan sekitarnya. Perlahan-lahan, Metro Bandung mulai ikut mewarnai pasar.

Melihat respon pasar yang positif, maka sejak 18 Februari 2005, atau lima tahun sejak Metro terbit, manajemen memutuskan mengganti namanya menjadi Tribun Jabar.

Format penyajian pun disempurnakan, dan perubahan nama serta penyempurnaan format penyajian serta penyempurnaan distribusi menunjukkan hasil yang signifikan. Setidaknya jika dilihat dari oplah yang mencapai 300 persen dari oplah Metro dan persebaran yang lebih luas lagi.

Ini menunjukkan, apa yang kami lakukan –sedikit-banyak—bisa diterima halayak. Ini juga sekaligus memberikan peringatan dini bahwa kami harus bekerja lebih keras lagi agar memperoleh hasil yang terus membaik dan lebih baik lagi dari masa ke masa.

***

KENANGAN – Dari Metro Bandung ke Tribun Jabar

awak redaksi awal metroinilah-sebagian-pasukan-yang-melahirkan-metro-bandung.jpgpara-srikandi-meto-tinggal-hasanahduduk-belakang-paling-kanan.jpgsebagian-awak-metro-sebagian-masih-bertahan-zelphi.jpggarasi-jadi-ruang-redaksi.jpgbuka-bukaan-salingkritik-saling-beri-masukan-di-pangalengan.jpgbegitu-terpilih-sebagai-walikota-dada-rosada-kunjungi-metro.jpgmaha-patih-kanjeng-raden-mas-ngabehi-sujarwo-bersedekap-mendampingi-sri-sultan.jpgmachmud-membacakan-doa-menjelang-edisi-perdana-tribun-terbit.jpgsebagian-di-antara-awak-tribun-jabar-bersama-keluarganya-tahun-2007.jpg

Tanpa terasa, delapan tahun kami bersama-sama. Sebagian di antara anggota pasukan yang turut merintis kelahiran Metro Bandung/Tribun Jabar masih bertahan hingga kini. Sebagian sudah memilih jalannya sendiri. Di antara mereka, ada yang sudah tidak bersama lagi, antara lain: Firly Firlandi, Yogi Ardhi, Budi Winarno, Mariatul Kiptiah, Irna Febri Herawati, Ester Perangin-angin, Isni Hindryati, Rudyanto Pangaribuan, Yuyun Yumiati, Wasis Wibowo, Arie Sanjaya, Dian Hendrayana.