JUMAT 26 Juni 2008 merupakan hari yang sangat mendebarkan bagi 15 finalis Pemilihan Putri Indonesia (PPI) wilayah Riau. Usai melewati masa karantina selama tiga hari, mereka harus menghadapi 5 juri independen yang siap menguji wawasan.
Sejak pukul 10.00 WIB, para gadis cantik yang Sabtu, 28/6/08 akan dinobatkan sebagai Duta Budaya Riau sudah berkumpul di sebuah ruangan. Terlihat berbagai ekspresi para finalis yang terlihat gelisah. Ada yang mulutnya komat-kamit tak henti berdoa sambil memejamkan mata, ada pula yang memilih membaca buku.
Indah Paramitha misalnya. Finalis asal Bangkinang itu tak henti-hentinya bernyanyi sambil bergoyang. Sementara Citra Ratu Pratama lebih memilih membaca majalah. “Nervous sekali, makanya saya berusaha menghibur diri dengan membaca. Dari tadi malam, kalau nggak nonton Metro TV, ya baca majalah lingkungan biar nambah wawasan,” ujar si cewek berjilbab tersebut.
Irma Fariza Putri mendapat kesempatan pertama menghadapi dewan juri yang terdiri dari dua perwakilan dari Yayasan Putri Indonesia Pusat, Asfauri Aziz, dan Prof Dr Detri Karya SE MA. Selain itu juga ada tokoh perempuan Rozalita Nasution, pengurus Kelompok Sosial Masyarakat Tunas Bangsa.
Juri lainnya adalah perwakilan media yakni Yusran Pare, Pemimpin Redaksi Tribun Jabar . Terakhir adalah Eva Leomiza, mewakili tokoh kecantikan di Riau.
“Lebih rumit daripada saat sidang skripsi. Saya disuruh mempresentasikan dengan memakai bahasa Inggris tentang aktivitas saya sekarang sebagai karyawan BP Migas dan berbagai pertanyaan lainnya,” ujar Noviani Fauzer, finalis yang bekerja pada BP Migas Sumbagut.
Berbeda dengan Novi yang keluar ruangan dengan tersenyum, Irma Fariza yang mengahabiskan waktu 15 menit di depan juri, begitu keluar ruangan terlihat syok. Mahasiswa Universitas Riau itu menangis dan tak mampu berkata-kata. Bahkan untuk menenangkan diri dia terpaksa beristirahat di kamarnya.
“Mereka semua sangat tegang dan tidak rileks sehingga pertanyaan ringan dan sederhana menjadi teramat sulit karena mereka tidak konsentrasi. Satu hal lagi yang kurang, kemampuan mereka tentang pariwisata Riau masih minim sehingga tidak bisa meng-explorer secara dalam tentang keunggulan Riau,” ujar Eva Leomiza, wakil juri.
Hingga pukul 17.00 WIB wawancara belum berakhir. Namun, agenda pawai peserta calon Putri Indonesia itu tetap dilangsungkan. Dengan menaiki Toyota Yaris, para finalis itu diajak berkonvoi mengelilingi jalan-jalan protokol.
Rombongan start dari halaman depan Hotel Pangeran. Puluhan anggota komunitas motor Yamaha juga ikut serta menjadi leader konvoi. Aksi ini ikut menyita perhatian pengguna jalan sehingga sejumlah titik jalan sempat macet.
“Ini salah satu bentuk sosialisasi calon Putri Indonesia kepada masyarakat Pekanbaru. Diharapkan masyarakat pun bisa memberi spiritnya, saat malam penobatan nanti,” ujar Pradonggo, panitia dari Jendela Promotion.
Penobatan Duta Budaya Riau yang akan dikirim ke Pemilihan Putri Indonesia 2008 di Jakarta berlangsung Sabtu malam mulai pukul 19.00, di Ballroom Hotel Pangeran Pekanbaru. (Tribun Pekanbaru/nng)
Juri lainnya adalah perwakilan media yakni Yusran Pare, Pemimpin Redaksi Tribun Jabar . Terakhir adalah Eva Leomiza, mewakili tokoh kecantikan di Riau.
menarik
apa saja pertanyaan yang dllontarkan dewan juri pada finalis?
kenapa ya yang lolos ke puteri indonesia tingkat nasional bukan yang pake jilbab?
Lha… yang terpilih itu justru yang berjilbab, bos! cuma, pas nyampe jakarta dia lepas jilbabnya… hehehehe
wahh…
saya menemukan inii…
haha
jadi ingat pas karantina…
kangeeeeennnn semuanyaa 🙂
Wah…selamat tong. Selamat bertemu lagi dengan teman-teman finalis…meski cuma pertemuan digital. Sukses!